tag:blogger.com,1999:blog-19038098787210677212024-03-18T22:05:44.425-07:00HABIB SYECHinfo sehathttp://www.blogger.com/profile/09559923465811186300noreply@blogger.comBlogger3125tag:blogger.com,1999:blog-1903809878721067721.post-67295541581903858312010-05-18T21:28:00.000-07:002010-05-18T21:47:54.332-07:00FOTO HABIB<div class="widget-content"><img alt="Habib Syech Bin Abdulkadir Assegaf" height="320" id="Image23_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7SqC2mnBEOf2ffiF9FSnh5KCl4cB5ImLBO6FkDTPBIPvozMnM4tsJCzXgG8bx1lQ9swqVk_YMUhLAz0xfc3ktfqUim2S_BJtbMLyOaDtU7kVGT8L9tAOmEIeQtI7nR6pGyx4OpEhLM1o/s1600-r/h.syech+02.jpg" width="240" /> <br />
<span class="caption">Beliau adalah pendiri dan pengasuh majelis ta'lim, zikir, dan sholawat Ahbabul Musthofa Jawa tengah. Habib kelahiran Solo, 20 September 1961 ini juga pendiri FOSMIL. Habib Syech memiliki satu putri dan empat orang putra. Beliau tinggal di Jl.KH.Muzakir-Gg.Bengawan Solo VI No.12 Semanggi Kidul - Solo 57117</span> </div><h2>Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf</h2><div class="widget-content"><img alt="Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf" height="320" id="Image7_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-3YLmupBKKnD61fNW5hayMjx8EGYUU6gZOK73ohtitK3njfiJLdtr8Mwpg5yLp8jzZq9f7EPt5ETYbt7_e5pnNGT0d_yCjMa7fYKwjVU8d57JB6C-5-INApjHKARPv2QxSPmaMOKZgmk/s1600-r/H.Abdulqodir.jpg" width="240" /> <br />
<div class="widget-content"><img alt="para tokoh ulama" height="148" id="Image1_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJgDCOs-LZl36oLpaWYthc9SGV6SXCZDXlsGejEhZGJixOB41IveQNBSSpkCw7fiW-Xob131_ZBCZjhcjlMzn7DuzCQeiFJYUJsJBzNMVzb6kMzBC6hp3dRJkmvT8f8ZYJ5uzrNDY7PPM/s1600-r/foto1.jpg" width="660" /> <br />
<span class="caption">Foto bersama KH. Sya'roni Ahmadi dan Habib Alwi Ba'agil</span> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image1&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image1"));" target="configImage1" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> <br />
<div class="widget Image" id="Image3"><h2>QOSIDAH VOL. 6</h2><div class="widget-content"><img alt="QOSIDAH VOL. 6" height="480" id="Image3_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjLZqnb0BaDfiHWDsx5I7nf-QD0e8V7If7QMuZlbR8l6writ5ryBDpQeKACfOz7IupQ2fWDGr_V0HQ42phl-OvdqboQlgpDr_IO8fxsNttcr_uaYbiQz393Z33m60AqEg34C1265jZhKY/s1600-r/COVER.jpg" width="650" /> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image3&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image3"));" target="configImage3" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Image" id="Image14"><h2>NADA SAMBUNG QOSIDAH</h2><div class="widget-content"><img alt="NADA SAMBUNG QOSIDAH" height="917" id="Image14_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCP7iPIRqU2aQ9dbePg6L9X3L0DdR88iJ4suWqEpGPnncBsqK9t_xphUXAXfNyCFKOWqgBzF5hCACDtM1PrTMio2Bv1Yk9GPneSgO-1HrOiKXS5eT-nQ8apyU0kP6wIe13XVoDEI_LgM4/s1600-r/tarifffff.jpg" width="660" /> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image14&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image14"));" target="configImage14" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Image" id="Image5"><h2>ASHAB AHBABUL MUSTHOFA KUDUS</h2><div class="widget-content"><img alt="ASHAB AHBABUL MUSTHOFA KUDUS" height="331" id="Image5_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm-06e9_Y8bY9hgYCZVsdVLBfT1KY4ctFjuhGkX1I3sx1AY_FoQpzA7BI9KXU5KZXHSFLdKn18815YaOsrZY5E3PWZGq0gf8zqMHDoFEBIswQu62ML7av6uGmaMHtl_WQNabg_zUTPRAc/s1600-r/bareng.jpg" width="660" /> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image5&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image5"));" target="configImage5" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Blog" id="Blog1"><div class="blog-posts hfeed"><div class="date-outer"><h2 class="date-header">07 April, 2010</h2><div class="date-posts"><div class="post-outer"><div class="post hentry uncustomized-post-template"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1903809878721067721&postID=6729554158190385831" name="778880790532137805"></a> <br />
<h3 class="post-title entry-title"><a href="http://ahbabulmusthofasolo.blogspot.com/2010/04/nasehat-kematian-dari-umar-bin-abdul.html">Nasehat Kematian dari Umar bin Abdul Aziz r.a</a> </h3><div class="post-header"></div><div class="post-body entry-content"><div style="text-align: center;"><img alt="http://yarasulullah.files.wordpress.com/2009/09/umar-bin-abdul-aziz.jpg" src="http://yarasulullah.files.wordpress.com/2009/09/umar-bin-abdul-aziz.jpg" /></div><left><br />
<br />
</left><br />
<div style="text-align: justify;"><div style="color: black;">Suatu ketika, <a href="http://indobestseller.wordpress.com/category/biografi-tokoh/" target="_blank">Umar bin Abdul Aziz r.a</a> mengiringi jenazah. Ketika semuanya telah bubar, Umar dan beberapa sahabatnya tidak beranjak dari kubur jenazah tadi. Beberapa sahabatnya bertanya, “<i>wahai Amirul Mukminin, ini adalah jenazah yang engkau menjadi walinya. Engkau menungguinya disini lalu akan meninggalkannya</i>“.</div><div style="color: black;"><span id="more-3301"></span></div><div style="color: black;">Umar berkata, “<i>Ya. Sesungguhnya kuburan ini memanggilku dari belakang. Maukah kalian kuberitahu apa yang ia katakan kepadaku?</i>“.</div><div style="color: black;">Mereka menjawab, “Tentu”.</div><div style="color: black;">Umar berkata, “Kuburan ini memanggilku dan berkata, ‘<i>Wahai Umar bin Abdul Aziz, maukah kuberitahu apa yang akan kuperbuat dengan orang yang kau cintai ini?</i>‘, “Tentu“, jawabku.</div><div style="color: black;">Kuburan itu berkata, “<i>Aku bakar kafannya, kurobek badannya dan kusedot darahnya serta kukunyah dagingnya. Maukah kau kau kuberitahu apa yang kuperbuat dengan anggota badannya?</i>“.</div><div style="color: black;">“Tentu“, jawabku.</div><div style="color: black;">“<i>Aku cabut (satu per satu dari) telapak ke tangannya, lalu dari tangannya ke lengan dan dari lengan menuju pundak. Lalu kucabut pula lutut dari pahanya. Dan paha dari lututnya. Ku cabut pula lutut itu dari betis. Dan dari betis menuju telapak kakinya</i>“.</div><div style="color: black;">Lalu Umar bin Abdul Aziz menangis dan berkata,</div><blockquote style="color: black;">Ketahuilah, umur dunia hanya sedikit. Kemuliaan didalamnya adalah kehinaan. Pemudanya akan menjadi renta, dan yang hidup didalamnya akan mati. Celakalah yang tertipu olehnya.<br />
Janganlah kau tertipu oleh dunia. Orang yang tertipu adalah yang tertipu oleh dunia. Dimanakah penduduk yang membangun suatu kota, membelah sungai-sungainya dan menghiasinya dengan pepohonan, lalu tinggal di dalamnya dalam jangka waktu sangat pendek. Mereka tertipu, menggunakan kesehatan yang dimiliki untuk berbuat maksiat.<br />
Demi Allah, di dunia mereka dicengkeram oleh hartanya, tak boleh begini dan begitu, dan banyak orang yang dengki kepadanya. Apa yang diperbuat oleh tanah dan kerikil kuburan terhadap tubuhnya? Apa pula yang diperbuat binatang-binatang tanah terhadap tulang dan anggota tubuhnya?<br />
Dulu, di dunia mereka berada di tengah-tengah keluarga yang mengelilinginya. Diatas kasur yang empuk dan pembantu yang setia. Keluarga yang memuliakan dan kekasih yang menyertainya. Tetapi ketika semuanya berlalu dan maut datang memanggil, lihatlah betapa dekat kuburan dengan tempat tinggalnya. Tanyakan kepada orang kaya, apa yang tersisa dari kekayaannya? Tanyakan pula kepada orang fakir, apa yang tersisa dari kefakirannya?<br />
Tanyalah mereka tentang lisan, yang sebelumnya mereka gunakan berbicara. Juga tentang mata yang mereka gunakan melihat hal-hal yang menyenangkan. Tanyakan tentang kulit yang lembut dan wajah yang menawan serta tubuh yang indah, apa yang dilakukan cacing tanah terhadap itu semua? Warnanya pudar, dagingnya dikunyah-kunyah, wajahnya terlumuri tanah. Hilanglah keindahannya. Tulang meremuk, badan membusuk dan dagingnya pun tercabik-cabik.<br />
Dimanakah para punggawa dan budak-budak? Dimana kawan, dimana simpanan harta benda? Demi Allah, mereka tidak membekali si mayit dengan kasur, bahkan tongkat untuk bertopang sekalipun. Dahulu dirumah mereka merasakan kenikmatan. Kini ia tenggelam dibawah benaman tanah. Bukankah kini mereka tinggal ditempat yang lusuh dan menjijikan? Bukankah sama saja bagi mereka; siang dan malam? Bukankah sekarang mereka tenggelam dalam pekatnya kegelapan? Tak ada lagi kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang tercinta.<br />
Berapa banyak orang yang dulunya mulia, kini wajahnya hancur. anggota badannya tercerai berai. Mulut mereka belepotan dengan darah dan nanah. Binatang-binatang tanah mengerubuti jasad mereka, sehingga satu per satu anggota tubuh terlepas. Hingga akhirnya tak tersisa, kecuali hanya sebagian kecil saja. Mereka telah meninggalkan istananya. Berpindah dari tempat lapang ke lubang yang sempit. Sesudah itu, istri-istri mereka dinikahi orang lain. Anak-anaknya pun berkeliaran dijalan. Harta bendanya dibagi-bagi oleh ahli warisnya.<br />
Diantara mereka, ada pula yang dilapangkan kuburnya. Diberi kenikmatan dan bersenang-senang dengannya didalam kubur. Tetapi ada pula yang di adzab dalam sempitnya lubang kubur. Menyesali apa yang telah mereka kerjakan.<br />
<br />
</blockquote><div style="color: black;">Umar lalu menangis dan berkata, “<i>Wahai yang menjadi penghuni kubur esok hari, bagaimana dunia bisa menipumu? Dimana kafanmu? Dimana minyak (wewangian untuk orang mati)mu dan dimana dupamu? Bagaimana nanti ketika kamu telah berada dalam pelukan bumi. Celakalah aku, dari bagian tubuh yang mana pertama kali cacing tanah itu melumatku? Celakalah aku, dalam keadaan bagaimana aku kelak bertemu dengan malaikat maut, saat ruhku meninggalkan dunia? Keputusan apakah yang akan diturunkan oleh Rabbku?</i>“.</div><div style="color: black;"><br />
</div><span style="color: black;"> Ia menangis dan terus menangis, lalu pergi . Tak lebih dari satu pekan setelah itu, ia meninggal. Semoga Beliau dirahmati Allah</span><left></left></div><left></left> </div><div class="post-footer"><div class="post-footer-line post-footer-line-1"><span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">H. F</span></span></div><div class="post-footer-line post-footer-line-3"><span class="post-location"> </span> </div></div></div></div><div class="post-outer"><div class="post hentry uncustomized-post-template"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1903809878721067721&postID=6729554158190385831" name="8803407945739829438"></a> <br />
<h3 class="post-title entry-title"><a href="http://ahbabulmusthofasolo.blogspot.com/2010/04/kunjungan-presiden-sukarno-ke-amerika.html">Kunjungan Presiden Sukarno ke Amerika Serikat tahun 1956.</a> </h3><div class="post-header"></div><div class="post-footer"><span style="font-size: 130%;">Kunjungan Presiden Sukarno ke Amerika Serikat tahun 1956. Ketika tiba saatnya shalat, Bung Karno dan rombongan menuju salah satu masjid di sana untuk bersujud .<br />
</span> <br />
<div style="margin: 5px 20px 20px;"><div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><span style="font-size: 130%;"><b>Spoiler</b> for <i>bung karno</i>: <input onclick="if
(this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
!= '') {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" style="font-size: 10px; margin: 0px; padding: 0px; width: 60px;" type="button" value="Hide" /></span> </div><div class="alt2" style="border: 1px inset; margin: 0px; padding: 6px;"><div><span style="font-size: 130%;"><img alt="" border="0" src="http://rosodaras.files.wordpress.com/2009/07/bung-karno-sholat1.jpg?w=470&h=312" /></span> </div></div></div><span style="font-size: 130%;"><br />
</span> <br />
<div style="margin: 5px 20px 20px;"><div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><span style="font-size: 130%;"><b>Spoiler</b> for <i>bung karno</i>: <input onclick="if
(this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
!= '') {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" style="font-size: 10px; margin: 0px; padding: 0px; width: 60px;" type="button" value="Hide" /></span> </div><div class="alt2" style="border: 1px inset; margin: 0px; padding: 6px;"><div><span style="font-size: 130%;"><img alt="" border="0" src="http://rosodaras.files.wordpress.com/2009/07/bung-karno-sholat2.jpg?w=470&h=312" /></span> </div></div></div><span style="font-size: 130%;"><br />
</span> <br />
<div style="margin: 5px 20px 20px;"><div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><span style="font-size: 130%;"><b>Spoiler</b> for <i>bung karno</i>: <input onclick="if
(this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
!= '') {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" style="font-size: 10px; margin: 0px; padding: 0px; width: 60px;" type="button" value="Hide" /></span> </div><div class="alt2" style="border: 1px inset; margin: 0px; padding: 6px;"><div><span style="font-size: 130%;"><img alt="" border="0" src="http://rosodaras.files.wordpress.com/2009/07/bung-karno-sholat3.jpg?w=470&h=312" /></span> </div></div></div><span style="font-size: 130%;"><br />
</span> <br />
<div style="margin: 5px 20px 20px;"><div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><span style="font-size: 130%;"><b>Spoiler</b> for <i>bung karno</i>: <input onclick="if
(this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
!= '') {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" style="font-size: 10px; margin: 0px; padding: 0px; width: 60px;" type="button" value="Hide" /></span> </div><div class="alt2" style="border: 1px inset; margin: 0px; padding: 6px;"><div><span style="font-size: 130%;"><img alt="" border="0" src="http://rosodaras.files.wordpress.com/2009/07/bung-karno-sholat4.jpg?w=470&h=312" /></span> </div></div></div><span style="font-size: 130%;"><br />
</span> <br />
<div style="margin: 5px 20px 20px;"><div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><span style="font-size: 130%;"><b>Spoiler</b> for <i>bung karno</i>: <input onclick="if
(this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
!= '') {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" style="font-size: 10px; margin: 0px; padding: 0px; width: 60px;" type="button" value="Hide" /></span> </div><div class="alt2" style="border: 1px inset; margin: 0px; padding: 6px;"><div><span style="font-size: 130%;"><img alt="" border="0" src="http://rosodaras.files.wordpress.com/2009/07/bung-karno-sholat6.jpg?w=470&h=325" /></span> </div></div></div><span style="font-size: 130%;"><br />
</span> <br />
<div style="margin: 5px 20px 20px;"><div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><span style="font-size: 130%;"><b>Spoiler</b> for <i>bung karno</i>: <input onclick="if
(this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
!= '') {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" style="font-size: 10px; margin: 0px; padding: 0px; width: 60px;" type="button" value="Hide" /></span> </div><div class="alt2" style="border: 1px inset; margin: 0px; padding: 6px;"><div><span style="font-size: 130%;"><img alt="" border="0" src="http://rosodaras.files.wordpress.com/2009/07/bung-karno-sholat7.jpg?w=470&h=324" /></span> </div></div></div><span style="font-size: 130%;"><br />
</span> <br />
<div style="margin: 5px 20px 20px;"><div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><span style="font-size: 130%;"><b>Spoiler</b> for <i>bung karno</i>: <input onclick="if
(this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
!= '') {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" style="font-size: 10px; margin: 0px; padding: 0px; width: 60px;" type="button" value="Hide" /></span> </div><div class="alt2" style="border: 1px inset; margin: 0px; padding: 6px;"><div><span style="font-size: 130%;"><img alt="" border="0" src="http://rosodaras.files.wordpress.com/2009/07/bung-karno-sholat8.jpg?w=470&h=312" /></span> </div></div></div><span style="font-size: 130%;"><br />
</span> <br />
<div style="margin: 5px 20px 20px;"><div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><span style="font-size: 130%;"><b>Spoiler</b> for <i>bung karno</i>: <input onclick="if
(this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
!= '') {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else {
this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display
= 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" style="font-size: 10px; margin: 0px; padding: 0px; width: 60px;" type="button" value="Hide" /></span> </div><div class="alt2" style="border: 1px inset; margin: 0px; padding: 6px;"><div><span style="font-size: 130%;"><img alt="" border="0" src="http://rosodaras.files.wordpress.com/2009/07/bung-karno-sholat10.jpg?w=470&h=312" /></span> </div></div></div><div class="post-footer-line post-footer-line-3"><span class="post-location"> </span> </div></div></div></div><div class="post-outer"><div class="post hentry uncustomized-post-template"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1903809878721067721&postID=6729554158190385831" name="3365574902261507687"></a> <br />
<h3 class="post-title entry-title"><a href="http://ahbabulmusthofasolo.blogspot.com/2010/04/mesin-wudlu-untuk-masjid.html">Mesin Wudlu Untuk Masjid</a> </h3><div class="post-header"></div><div class="post-body entry-content"><div style="text-align: center;"><a href="http://unic77.blogspot.com/"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5433233529704937106" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFXr4SH_TwsooVhiaPsivJwd7oCgc_wapwFrtW3lc127ldEw12N03ecQc7N2vDO-uF-FjSge81B6xMDhmiKkrdWfSqnujeDoRsN_Pw-d5qOylbGoQ9D3quQJ81y3SUkXwyY3AUv3wlsI8/s400/wudu.jpg" style="height: 364px; width: 300px;" /></a></div><div style="text-align: justify;"><left><span style="font-size: 130%;">Dalam enam bulan ke depan, sebuah sebuah mesin wudu model baru bakal dipasarkan dengan harga 3.000-4.000 dollar per unit. Mesin wudu ini sebenarnya sudah diperkenalkan oleh penemunya, Anthony Gomez sejak tahun 2006 lalu dan model baru mesin wudu itu diluncurkan awal bulan Februari ini.</span></left><br />
<left></left><br />
<left><span style="font-size: 130%;">Mesin wudu model baru itu dirancang sedemikian rupa sehingga bisa menghemat air yang digunakan untuk wudu. Dengan mesin model baru ini, air yang digunakan untuk wudu hanya sekitar 1,3 liter, jauh lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan keran air biasa. “Motivasi orang untuk menggunakan sistem mesin ini adalah menghemat air,” kata Gomez yang juga pimpinan AACE Tecnologies, perusahaan Malaysia yang memproduksi mesin wudu ini.</span></left><br />
<left></left><br />
<left><span style="font-size: 130%;">Dalam acara peluncuran perangkat itu di Kuala Lumpur, Gomez mengatakan, butuh waktu dua tahun untuk mengembangkan sistem komputerisasi mesin wudu itu dengan biaya sebesar 2,5 juta dollar. Menurutnya, mesin wudu ini sangat bermanfaat bagi negara-negara Muslim yang langka sumber airnya, misalnya negara Arab Saudi. Apalagi negara itu selalu padati jamaah haji setiap tahunnya.</span></left><br />
<left></left><br />
<left><span style="font-size: 130%;">“Selama ibadah haji, dua juta jamaah menghabiskan lebih dari 50 juta liter air per hari hanya untuk wudu. Jika mesin ini digunakan, air yang digunakan bisa dihemat hingga 40 juta liter setiap harinya,” kata Gomez.</span></left><br />
<left></left><br />
<left><span style="font-size: 130%;">Target pasar dari mesin wudu ini adalah masjid-masjid dan perkantoran. Sejumlah negara seperti Dubai, ungkap Gomez, sudah memesan mesin wudu itu untuk dipasang di bandara.</span></left><br />
<left></left><br />
<left><span style="font-size: 130%;">Di Malaysia sendiri, mesin wudu ini mungkin tidak terlalu dibutuhkan karena Malaysia termasuk negara yang sumber air bersihnya melimpah. “Ide mesin wudu ini bagus dan dibuat sesuai ajaran Islam yang mengajarkan agar hemat menggunakan air saat wudu. Tapi di Malaysia, air melimpah ruah sehingga Malaysia tidak membutuhkan mesin semacam ini,” komentar Aminudin, warga Malaysia.</span></left><br />
<left></left><br />
<left style="color: #ff6666;"><span style="font-size: 130%;">Ide Mesin Wudu</span></left><br />
<left></left><br />
<left><span style="font-size: 130%;">Gomez terinspirasi untuk memproduksi mesin khusus untuk wudu ketika ia melakukan perjalanan dengan menggunakan kapal feri dari Mesir ke Yordania. Ia dan timnya ketinggalan kapal feri cepat dan terpaksa naik kapal feri biasa yang lebih lambat. Di kapal feri itu, Gomez merasa prihatin melihat toilet yang kotor dan selalu ramai oleh penumpang yang mengambil wudu. Saat itu, feri yang dinaiki Gomez memang sedang padat penumpang yang akan pergi umrah.</span></left><br />
<left></left><br />
<left><span style="font-size: 130%;">“Banyak dari mereka yang berwudu, mencuci kaki mereka tapi kemudian berjalan di lantai toilet yang kotor dan sama sekali tidak higienis. Meski saya bukan Muslim, saya merasa prihatin melihatnya,” ujar Gomez pada tahun 2006 saat pertama kali mengenalkan alat temuannya.</span></left><br />
<left></left><br />
<left><span style="font-size: 130%;">Gomez mengatakan, ia melakukan konsultasi dengan Dewan Islam Australia sebelum menciptakan mesin wudu itu. Dewan mengeluarkan fatwa yang isinya menyetujui mesin wudu digunakan. Dan di model mesin wudunya yang baru, Gomez melengkapinya dengan murotal Al-Quran.</span></left></div></div><div class="post-footer"><div class="post-footer-line post-footer-line-1"><span class="post-author vcard"><br />
</span></div><div class="post-footer-line post-footer-line-2"><span class="post-labels"><a href="http://ahbabulmusthofasolo.blogspot.com/search/label/Mesin%20Wudlu" rel="tag"></a> </span> </div><div class="post-footer-line post-footer-line-3"><span class="post-location"> </span> </div></div></div></div><div class="post-outer"><div class="post hentry uncustomized-post-template"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1903809878721067721&postID=6729554158190385831" name="3335175192740317436"></a> <br />
<h3 class="post-title entry-title"><a href="http://ahbabulmusthofasolo.blogspot.com/2010/04/8-kebohongan-ibu.html">8 Kebohongan Ibu</a> </h3><div class="post-header"></div><div class="post-body entry-content"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 130%;">1. Cerita ini dimulai ketika aku masih kecil, saya terlahir sebagai anak lelaki dari sebuah keluarga miskin. Yang terkadang untuk makan pun kita sering kekurangan. Kapanpun ketika waktu makan, ibu selalu memberikan bagian nasinya untuk saya. Ketika beliau mulai memindahkan isi mangkuknya ke mangkuk saya, dia selalu berkata "Makanlah nasi ini anak ku. Aku tidak lapar"</span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%; font-weight: bold;"><br />
ini adalah kebohongan Ibu yang pertama.</span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;">2. Ketika aku mulai tumbuh dewasa, dengan tekun nya ibu menggunakan waktu luangnya untuk memancing di sungai dekat rumah kami, dia berharap jika dia mendapatkan ikan, dia dapat memberikan aku sedikit makanan yang bergizi untuk pertumbuhan ku. Setelah memancing, dia akan</span><span style="color: black; font-size: 130%;"> memasak ikan tersebut menjadi sup ikan segar yang meningkatkan selera makan ku. Ketika aku memakan ikan tersebut, ibu akan duduk disebelah ku dan memakan daging sisa ikan tersebut, yang masih menempel pada tulang ikan yang telah aku makan. Hatiku tersentuh sewaktu melihat hal</span><span style="color: black; font-size: 130%;"> tersebut, aku menggunakan sumpitku dan memberikan potongan ikan yang lain kepadanya. Tetapi dia langsung menolaknya dengan segera dan mengatakan " Makanlah ikan itu nak, aku tidak seberapa menyukai ikan"</span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><span style="color: black; font-size: 130%; font-weight: bold;">Itu adalah kebohongan ibu yang ke dua</span><span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;">3. Kemudian, ketika aku berada di bangku sekolah menengah, untuk membiayai pendidikan ku, ibu pergi ke sebuah badan ekonomi (KUD) dan membawa kerajinan dari korek api bekas. kerajinan tersebut menghasilkan sejumlah uang untuk menutupi kebutuhan kami. Ketika musim</span><span style="color: black; font-size: 130%;"> semi datang, aku terbangun dari tidurku dan melihat ibuku yang masih terjaga, dan ditemani cahaya lilin kecil dan dengan ketekunan nya dia melanjutkan pekerjaan nya menyulam. Aku berkata "Ibu, tidurlah, sekarang sudah malam, besok pagi kamu masih harus pergi bekerja." Ibu</span><span style="color: black; font-size: 130%;"> tersenyum dan berkata "Pergilah tidur, sayang. Aku tidak Lelah."</span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><span style="color: black; font-size: 130%; font-weight: bold;">Itu adalah kebohongan ibu yang ke tiga</span><span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;">4. Pada saat Ujian akhir, ibu meminta izin dari tempat ia bekerja hanya untuk menemaniku. Pada saat siang hari dan matahari terasa sangat menyengat, dengan tabah dan sabar ibu menugguku dibawah terik sinar matahari untuk beberapa jam lamanya. Dan setelah bel berbunyi, yang menandakan waktu ujian telah berakhir, Ibu dengan segera menyambutku dan memberikan ku segelas teh yang telah beliau siapkan sebelumnya di botol dingin. kental nya teh terasa tidak sekental kasih sayang dari Ibu, yang terasa sangat kental. Melihat ibu menutup botol tersebut dengan rasa haus, langsung saya memberikan gelasku dan memintanya untuk minum juga. Ibu berkata "Minumlah, nak. Ibu tidak haus!"</span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span></div><div style="color: black; text-align: justify;"><br />
<br />
<img alt="[ibu_nganter_ke_sekolah2.jpg]" border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_vnQkkukmKR0/SzAoQcgu1bI/AAAAAAAAFOE/EA3LFkobsrc/s1600/ibu_nganter_ke_sekolah2.jpg" /></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><span style="color: black; font-size: 130%; font-weight: bold;">Itu kebohongan ibu yang ke empat</span><span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;">5. Setelah kematian ayahku yang disebabkan oleh penyakit, Ibuku tersayang harus menjalankan peran nya sebagai orang tua tunggal. dengan mengerjakan tugasnya terlebih dahulu, dia harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kami sendiri. Hidup keluargaku menjadi semakin kompleks. Tak ada hari tanpa kesusahan. Melihat keadaan keluargaku pada saat itu yang semakin memburuk, ada seorang paman yang tinggal dekat rumahku datang untuk menolong kami, baik masalah yang besar dan masalah yang kecil. Tetangga kami yang lain yang tinggal</span><span style="color: black; font-size: 130%;"> dekat dengan kita melihat kehidupan keluarga kami sangat tidak beruntung, Mereka sering menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang sangat keras kepala, tidak memperdulikan nasihat mereka, dia berkata " Saya tidak butuh cinta"</span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><span style="color: black; font-size: 130%; font-weight: bold;">Itu adalah kebohongan ibu yang ke lima</span><span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;">6. Setelah saya menyelesaikan pendidikanku dan mendapatkan sebuah pekerjaan. itu adalah waktu bagi ibuku untuk beristirahat. Tetapi dia tetap tidak mayu; dia sangat bersungguh-sungguh pergi ke pasar setiap pagi, hanya untuk menjual beberapa sayuran untuk memenuhi kebutuhan nya. Saya, yang bekerja di kota yang lain, sering mengirimkan beliau sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan nya, tetapi Beliau tetap keras kepala untuk tidak menerima uang tersebut. Beliau sering mengirim kembali uang tersebut kepadaku. Beliau berkata "Saya punya cukup uang"</span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><span style="color: black; font-size: 130%; font-weight: bold;"> itu adalah kebohongan ibu yang ke enam</span><span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;">7. Setelah lulus dari program sarjana, kemudian saya melanjutkan pendidikan saya ke tingkat Master, saya mengambil pendidikan tersebut, dibiayai oleh sebuah perusahaan melalui sebuah program beasiswa, dari sebuah Universitas terkenal di Amerika. Akhirnya saya bekerja pada</span><span style="color: black; font-size: 130%;"> perusahaan tersebut. Dengan gaji yang lumayan tinggi, saya berniat untuk mengambil Ibu dan mengajak nya untuk tinggal di Amerika. Tetapi Ibuku tersayang tidak mau merepotkan anak lelakinya, Beliau berkata kepadaku "Saya tidak terbiasa"</span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><span style="color: black; font-size: 130%; font-weight: bold;">itu adalah kebohongan ibu yang ke tujuh</span><span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;">8. Sewaktu memasuki masa tua nya, ibu terkena kanker tenggorokan dan harus dirawat di rumah sakit. Saya yang terpisah sangat jauh dan terpisah oleh lautan, segera pulang ke rumah untuk mengunjungi ibuku tersayang. Beliau terbaring lemah ditempat tidurnya selepas selesai</span><span style="color: black; font-size: 130%;"> menjalankan operasi. Ibu yang terlihat sangat tua, menatapku dengan tatapan rindu yang dalam. Beliau mencoba memberikan senyum diwajahnya. meskipun terlihat sangat menyayat dikarenakan penyakit yang dideritanya. Itu sangat terlihat jelas bagaimana penyakit tersebut</span><span style="color: black; font-size: 130%;"> menghancurkan tubuh ibuku. dimana beliau sangat terlihat lemah dan kurus. Saya mulai mencucurkan airmata di pipi dan menangis. Hatiku sangat terluka, teramat sangat terluka, melihat ibuku dengan keadaan yang demikian. Tetapi ibu, dengan segala kekuatannya, berkata "jangan menangis, anakku sayang, Ibu tidak sakit"</span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><span style="color: black; font-size: 130%; font-weight: bold;">Itu adalah kebohongan ibu yang ke delapan</span><span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;"></span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;">Setelah megatakan kedelapan kebohongan nya, Ibuku tersayang menutup</span><br />
<span style="color: black; font-size: 130%;">mata untuk selamanya di iringi dua kalimat syahadat...</span></div><left></left></div></div><div class="post-footer"><br />
<div class="post-footer-line post-footer-line-3"><span class="post-location"> </span> </div></div></div></div></div></div><div class="date-outer"><h2 class="date-header">07 Desember, 2009</h2><div class="date-posts"><div class="post-outer"><div class="post hentry uncustomized-post-template"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1903809878721067721&postID=6729554158190385831" name="1900717389339703791"></a> <br />
<h3 class="post-title entry-title"><a href="http://ahbabulmusthofasolo.blogspot.com/2009/12/khotbah-habib-umar-bin-hafidz.html">Khotbah Habib Umar bin Hafidz</a> </h3><div class="post-header"></div><div class="post-body entry-content"><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Segala madah bagi Allah SWT, penghimpun manusia di hari kiamat yang telah dipastikan. Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT, satu-satunya, yang tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang bakal meletakkan seluruh manusia di hadapan-Nya, guna diberi pahala atau siksa. Ketika itu, beruntunglah manusia-manusia beriman yang pandai memanfaatkan waktu hidupnya dengan menghadiri majelis kebajikan, ketaatan dan zikir, dan menyesallah mereka yang telah menghabiskan umurnya untuk berbuat maksiat. Aku bersaksi bahwa sang panutan, Nabi Muhammad SAW adalah rasul yang diutus oleh-Nya untuk menabur hidayah di muka bumi. Ya Allah limpahkanlah salawat dan salam kepada Baginda Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang patuh kepada beliau hingga hari akhir nanti.</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Wahai hamba Allah<br />
Dalam majelis ini, aku berwasiat kepada kalian samua, sekaligus kepada diri sendiri agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Ketahuilah, barangsiapa bertakwa kepada Allah SWT, ia akan hidup penuh kekuatan dan berjalan di bumi-Nya dengan rasa aman dan tentram</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Wahai hamba Allah<br />
Ada dua perkara yang menyebabkan umat Rasulullah SAW ini kerap kali dilanda musibah dan bencana, dan sayang sekali, mereka tidak menyadari, atau bahkan tidak mempedulikanya sama sekali, sekalipun beliau SAW dan para ulama telah sering mengingatkan.</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Dua perkara itu adalah, pertama, tiadanya penghargaan akan waktu, kesempatan dan umur yang telah dianugerahkan Allah Subhanahu Wata’ala. Sekarang ini, umumnya umat telah menyia-nyiakan waktu dan membuangnya untuk hal-hal yang kosong. Sebagian lagi menghabiskan waktu dalam perbuatan makruh, dan, bahkan kemaksiatan. Perbuatan ini setianya memancing amarah Allah SWT. Namun mereka abai serta tak mengindahkan. Maka tidaklah mengherankan apabila bencana demi bencana mulai merebak di negeri muslimin.</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Kedua, pergaulan dan persaudaraan yang tidak lagi dilandasi itikad baik. Ketika umur dan waktu terbengkalai, ketika perkawanan tidak lagi dilandasi niat baik, maka kerusakan merajalela, fitnah dan cobaan bakal mendera umat, tak peduli di desa maupun di kota. Baginda Nabi SAW, dalam sabda-sabdanya, telah banyak mengingatkan umat agar memanfaatkan waktu dengan maksimal dan mendasari pergaulannya dengan niat soleh. Semua itu demi kebaikan umat sendiri. Akan tetapi sayang, orang-orang sudah tutup telinga dan mata. Mereka tak lagi berminat mendengarkan seruan beliau SAW.</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Sadarlah wahai muslimin. Waktu adalah esensi kehidupanmu. Umur adalah peluang yang diberikan kepadamu. Berharga atau tidaknya hidupmu bergantung pada bagaimana kau memanfaatkan usiamu itu.</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Rasulullah SAW bersabda, Di hari pembalasan nanti, dua telapak kaki seorang hamba akan tertahan dijembatan sirat. Takkan beranjak sampai ia ditanya mengenai empat hal. untuk apakah seluruh umur hidupnya? Dikemanakan usia mudanya? Dari mana ia mendapatkan harta dan digunakan untuk apakah harta itu? Sudahkah ilmunya diamalkan?</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Wahai hamba Allah<br />
Kita wajib kembali ke jalur yang telah digariskan Rasulullah SAW. Beliau adalah insan yang selalu berkata jujur. Beliau adalah sang petunjuk, penyeru kebenaran, suluh umat, dan pemberi kabar-kabar dari Ilahi. Beliau sangat cinta kepada umatnya. Kasih beliau kepada kita lebih besar dari kasih orang tua kita sendiri kepada kita. Allah SWT berfirman,</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri”</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Kembali ke dua hal di atas. Beliau SAW pernah mengabarkan, “Di dalam surga, para penghuninya masih merasakan suatu kerugian besar, yakni mengenai waktu yang telah berlalu—di kehidupan dunia—yang tidak mereka gunakan untuk berzikir kepada Allah SWT.”</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Beliau juga mewanti-wanti, “Ketika suatu kaum duduk bersama-sama, akan tetapi tidak mengingat Allah SWT sama sekali, maka mereka bakal merasakan penyesalan di hari kiamat nanti.”</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Pergunakanlah waktu dengan aktifitas yang baik. Ikatlah persaudaraan dengan asas yang bagus serta tujuan yang penuh manfaat. “Ketika seseorang menjalin kawan, meskipun sejenak di siang hari, kelak ia akan ditanya mengenai perkawanan itu: telahkan ia melaksanakan hak-hak Allah SWT atau mengalpakannya?” begitulah yang dinarasikan Rasulullah SAW.</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Wahai hamba Allah<br />
Kita sudah sering membuang-buang waktu. Di antara kita bahkan ada yang lebih banyak mengisi waktu untuk maksiat. Marilah kita renung-kan bersama. Ke manakah malam-malam kita? Untuk apakah umur-umur kita? Apa yang kita kerjakan antara Maghrib dan Isyak? Bagaimana kabar majelis muslimin, pasar-pasar dan warung-warung? Tempat-tempat itu telah menjadi ajang melupakan Allah SWT dan Rasul-Nya.</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Ingatlah, bagaimana Baginda Rasul senantiasa zikir kepada Allah di setiap waktunya. Dulu, kaum muslimin tak pernah lalai untuk berzikir, di mana saja, siang dan malam. Akan tetapi kini, umat Islam, baik yang muda maupun yang tua, sudah menganggap remeh zikir. Mereka malas mengingat Allah dan lebih suka membicarakan yang lain. Ketika di dalam masjid sekalipun, mereka menganggap membaca Al-Quran tidak lebih asyik daripada bicara omong kosong. Hingga kita kerap menyaksikan mereka bicara tak tentu arah di dalam rumah Allah. Bahkan tak segan mereka meletakkan Al-Quran yang tengah dibaca hanya demi bisa mengobrol bersama rekan-rekan mereka. Sungguh, Betapa genting keadaan muslimin.</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Tak hanya itu, umat Islam sekarang cenderung menjauhi majelis taklim. Ketika majelis pengajian diadakan di suatu desa, pesertanya selalu tak banyak. Orang-orang enggan datang dan lebih memilih kumpulan-kumpulan yang kurang baik. Mereka adalah manusia yang rugi. Mereka bakal menyesal. Keberadaan mereka sudah dinubuatkan Rasulullah SAW, “Manusia yang paling besar penyesalannya di akhirat kelak adalah mereka yang punya kesempatan untuk mengaji akan tetapi mereka sia-siakan kesempatan itu.”</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Masa keemasan telah berlalu, yakni masa sahabat, tabiin, dan tabiin-tabiin. Masa ketika zikir, baca Al-Quran dan hadis menjadi kebiasaan, baik ketika makan, minum, tidur, dan segala rutinitas.</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Wahai hamba Allah<br />
Ketahuilah, suatu majelis yang dilandasi niatan baik dan tujuan yang mulia, yakni ridha Allah dan Rasulullah, akan membuahkan kebajikan-kebajikan. Di antaranya menangguhkan musibah, meredam permusuhan, dan mencegah perbuatan munkar, Semua itu lantaran sikap saling membantu di antara anggota. Dan mereka semua pasti memperoleh pahala-pahala dan anugerah yang tak kecil nilainya dari Allah SWT. Sebab itulah Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan perhatian yang agung kepada majelis zikir dan majelis tak-lim.</div><div style="font-family: arial; text-align: justify;"></div><div style="font-family: arial; text-align: justify;">Ya Allah, bimbinglah kami kepada kebaikan. Tambahkanlah rahmat-Mu untuk kami. Siramkan anugerah-anugerah-Mu kepada kami. Elokkanlah dhahir dan bathin kami, serta niat dan tujuan kami. Sirnakan kesulitan dari kaum muslimin. Dengan kasih-Mu, wahai Yang Maha Kasih </div></div><div class="post-footer"><div class="post-footer-line post-footer-line-3"><span class="post-location"> </span> </div></div></div></div><div class="post-outer"><div class="post hentry uncustomized-post-template"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1903809878721067721&postID=6729554158190385831" name="5095635057970725410"></a> <br />
<h3 class="post-title entry-title"><a href="http://ahbabulmusthofasolo.blogspot.com/2009/12/rasulullah-saw-uang-6-dirham-dan-yahudi.html">Rasulullah SAW, Uang 6 Dirham, dan Yahudi</a> </h3><div class="post-header"></div><div class="post-body entry-content"><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Suatu hari Rasulullah SAW bermaksud berbelanja. Dengan bekal uang 6 dirham, beliau hendak membeli pakaian dan peralatan rumah tangga…Belum juga sampai di pasar, beliau mendapati seorang anak wanita yang sedang menangis. </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Beliau sempatkan bertanya kenapa wanita yg menangis tersebut, “Apa yang menyebabkan anda menangis?” </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Anak perempuan itu menjawab, “ Tadi pagi saya diberi uang 2 dirham oleh majikan untuk berbelanja keperluan rumah tangga, akan tetapi uang yang diberikan itu hilang. Saya takut majikan saya akan marah karena pulang tidak membawa apa-apa.” Terlintas dibenaknya akan deraan dari majikannya karena itulah dia menangis sampai Rasulullah SAW melihatnya. Seketika itu juga Rasulullah SAW mengeluarkan uang yang 6 dirham dan diberikannya kepada anak perempuan itu. “ Terimalah uang 2 dirham ini sebagai ganti uang majikanmu yang hilang, segeralah belanja keperluan yang diperlukan oleh majikanmu.” Kini uang yang dimiliki oleh Rasulullah SAW tinggal 4 dirham, beliau segera memasuki pasar. Beliau membeli beberapa keperluan rumah serta baju gamis dan pakaian kesukaannya. Semua itu dipanggul sendiri oleh beliau, sesampainya di luar terlihat seorang lelaki tua bertelanjang dada, bersarung kumal berteriak lantang, “ Barang siapa yang memberikku pakaian maka aku akan mendo’akannya agar Allah mendandaninya kelak.”</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Rasulullah SAW mendekatinya dan memberikan gamis dan pakaian yang baru saja dibelinya, melihat orang yang menyambut dan memberikan apa yang dimintanya itu adalah Rasulullah SAW yang menjadi kekasihnya membuat lelaki itu terpana dan berusaha menolaknya akan tetapi Rasulullah SAW tetap memaksanya dan dipakaikannya gamis dan baju baru tersebut sehingga matanya berkaca-kaca atas pelakuan yang diberikan oleh kekasih Allah tersebut.</span><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><br />
<span style="font-size: small;"></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"></span><span style="font-size: small;">Dengan langkah ringan beliau meneruskan langkah kakinya hendak segera pulang, akan tetapi lagi-lagi beliau harus bersabar. Didepannya terlihat anak perempuan yang diberi dua dirham tersebut sedang menunggunya, anak tersebut mengadukan persoalan, bahwa ia takut pulang. Ia khawatir akan dihukum oleh majikannya karena terlambat. Sebagai budak saat itu nilainya tidak lebih dari seekor binatang. Hukuman fisik sudah sangat lazim diterima. Maka dengan senang hati, beliau mengantarkan anak perempuan tersebut ke rumah majikannya.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Rasulullah berjalan di muka anak perempuan itu, beliau mengikuti setiap instruksi yang diberikan untuk menuju rumah majikannya. Bila anak itu bilang belok kiri, maka Rasulullah SAW pun belok kiri. Sesampainya di rumah majikan tersebut, beliau mengucapkan salam. Sekali, dua kali belum ada jawaban. Baru salam yang ketiga dijawab oleh penghuni rumah.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">“ Mengapa kalian tidak menjawab salamku, baru yang ketiga baru dijawab?” Tanya Rasulullan SAW.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">“ Ya Rasulullah, salam anda itu adalh do’a karena itu kami ingin dido’akan oleh kekasih Allah.” Jawab penghuni rumah.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Rasulullah SAW segera menyampaikan maksud kedatangnya, mendengar hal tersebut penghuni rumah segera berkata.” Ya Rasulullah, Kami tidak akan menghukum budak kami karena dia lebih mulia daripada kami. Dia telah berjalan dengan kekasih Allah sedangkan kami belum pernah sekalipun, sudah sejak tadipun kami telah memerdekan budak tersebut karena Allah.”</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Betapa bahagianya Rasulullah mendengar hal tersebut, beliau bersyukur dengan uang 6 dirham mendapatkan keuntungan ribuan dirham yakni harga budak itu sendiri. Beliau berkata, “Tiadalah aku melihat 6 dirham demikian besar berkatnya dari pada 6 dirham yang ini. Allah telah memberi ketenteraman bagi orang yang ketakutan, memberi pakaian orang yang telanjang, dan membebaskan seorang budak belian.” </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Akhirnya, rahmat dan kasih sayang, bantuan dan pertolongan kepada masyarakat bawah akan mendatangkan kesejahteraan dan kemajuan. Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsyi. “Bahwanya Allah menolong hamba-Nya, selama ia menolong saudaranya.”</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dari cerita tersebut dapat kita lihat semua, betapa mulia dan kasihnya Rasulullah SAW terhadap sesame. Beliau tidak memandang kedudukan dan derajat seseorang, lihatlah apa yang telah dilakukan terhadap seorang budak yang mungkin dimata kita tidak berharga sama sekali akan tetapi Rasulullah SAW tetap memperhatikannya. Karena itu sudah sepatutnya kita mencontoh Akhlak beliau, bila kita memiliki mobil dan kita mempekerjakan saudara kita untuk menyupirinya maka janganlah kita menyebutnya “ itu supir kita” akan tetapi katakanlah “ saudara saya yang membantu/menolong untuk mengantarkan saya bepergian”.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Selain itu juga, hikmah lainnya adalah setiap kita berbelanja di pasar, toko atau dimanapun janganlah kita meminta tolong orang lain untuk membawakan barang belanjaan kita. Contohlah Rasulullah SAW, beliau membawa sendiri barang belanjaannya begitu juga yang telah diikuti oleh para sahabat lainnya.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Setiap peri kehidupan Rasulullah SAW adalah contoh bagi kita semua, kita lihat bahwa hidup Rasulullah sangat sederhana padahal beliau adalah seorang pemimpin umat dan kekasih Allah SWT. Apapun yang dimintanya pasti Allah akan mengabulkannya.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Suatu hari ada seorang yahudi yang memiliki suatu persoalan, ia segera berjalan menuju rumah Rasulullah SAW. Di tengah jalan ia bertemu dengan Rasulullah, segera saja ia menyampaikan maksud dan tujuannya. Rasulullah segera kembali menuju rumah bersama yahudi tersebut akan tetapi ditengah jalan ada seorang wanita tua mencegat beliau untuk bertanya beberapa masalah, Rasulullah segera berhenti dan mendekati wanita tua itu sambil menundukan kepalanya mendengarkan setiap perkataan yang dikeluarkan oleh wanita tersebut. Yahudi itu melihat Rasulullah SAW begitu sabarnya melayani dan mendengarkan wanita tua itu walaupun pertanyaan itu hanya diulang-ulang, sampai puas barulah meneruskan kembali perjalannnya.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sesampainya di rumah, Rasulullah SAW mempersilakan yahudi masuk. Ia tidak melihat ada apa-apa di rumah Rasulullah SAW yang ketika itu menjadi seorang pemimpin, hanya ada satu tikar kecil dari pelepah kurma tergeletak hanya cukup untuk satu orang.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: arial; margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Rasulullah SAW mempersilakan yahudi tersebut untuk duduk diatas tikar tersebut, yahudi itu menolaknya akan tetapi Rasulullah SAW tetap memaksanya karena ia adalah tamunya. Akhirnya orang yahudi itu, berkata, “ Ya Muhammad, tadinya saya akan menyangka kalau anda tidak akan memperlakukan saya dengan baik karena perbedaan keyakinan. Sungguh mulia akhlakmu, saksikanlah wahai kekasih Allah mulai saat ini saya akan mengikuti ajaranmu. “ Saat itu juga ia mengucapkan dua kalimat syahadat.</span></div></div></div></div><div class="post-outer"><div class="post hentry uncustomized-post-template"><div class="post-footer"><div class="post-footer-line post-footer-line-3"><span class="post-location"> </span> </div></div></div></div></div></div><div class="date-outer"><h2 class="date-header">22 Juni, 2009</h2><div class="date-posts"><div class="post-outer"><div class="post hentry uncustomized-post-template"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1903809878721067721&postID=6729554158190385831" name="6777174157409488000"></a> <br />
<h3 class="post-title entry-title"><a href="http://ahbabulmusthofasolo.blogspot.com/2009/06/ziarah-ahli-kubur.html">" ZIARAH AHLI KUBUR "</a> </h3><div class="post-header"></div><div class="post-body entry-content"><div align="justify">BIASANYA setiap hari Jumat atau sebelum menjelang bulan Ramadan dan di Hari Raya , komplek pemakaman ramai tidak sedikit dikunjungi orang orang yang berziarah. Ada yang berziarah ke makam orang tuanya. Ada yang berziarah ke makam sanak familinya atau karabatnya. Ada pula yang berziarah ke makam para sesepuh dan ulama. Hal ini demi untuk mendoakan mereka yang telah mendahului kita agar Allah memberikan kepada mereka rahmah dan ampunan dan mengharamkan jasad-jasad mereka dari sentuhan api neraka.</div><div align="justify">Rasulallah, sebagimana diriwayatkan Abu Daud, pada awal sejarah Islam pernah melarang umat Islam untuk berziarah kubur. Beliau khawatir umat Islam mengkultuskan kuburan, berlaku syirik, atau bahkan menyembah kuburan. Tapi selelah keimanan umat Islam meningkat dan kuat. Maka Rasulallah saw tidak khawatir lagi. Nabi pun kemudian bersabda : "Aku dulu melarang kamu berziarah kubur. Sekarang, aku anjurkan melakukanya. Sebab bisa mengingatkan kita kepada akhirat". Maka tradisi berziarah ini sangat baik dan terpuji demi mengingatkan kita semua, termasuk orang kaya, pamong praja, dan berpangkat, bahwa satu hari hidup kita pasti akan berakhir di pekuburan. Semua kemegahan hudup, rela tak rela, harus ditinggalkan dan kita harus terima babak baru perjalanan menghuni liang kubur yang luasnya sekitar 1 x 2 meter saja.</div><div align="justify">Telah ditetapkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa Rasulallah saw telah menganjurkan kita, disaat memasuki kompleks pemakaman, agar mengucapkan salam kepada ahlil kubur seperti memberi salam kepada orang hidup: "Salam sejahtera bagimu penghuni kubur dari kaum Muminin dan Muminat. Dan kami Insya Allah akan betemu dengan kalian. Kamu adalah orang orang yang mendahului kami dan kami akan menyusul kalian. Kami bermohon kepada Allah keselamatan bagi kami dan kalian". Karna mereka (ahli kubur) mendengar, melihat, mengetahui dan membalas salam kita, akan tetapi kita tidak bisa mendengar mereka. Ucapan salam biasanya diberikan kepada orang yang mendengar dan berakal..Jika tidak, maka ucapan ini tidak mempunyai fungsi atau seolah-olah bersalam kepada benda jamad yang tidak mendengar dan berakal. Para salaf soleh, mereka semua bersepakat dengan apa yang telah ditetapkan Rasulallah saw dan dijadikan sesuatu yang mutawatir (diterima kebenarannya) yang mana ahli kubur (mayyit) mengetahui orang yang berziarah dan mendapatkan ketenangan dengan kedatangannya. Sesuai dengan hadisth yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa mayyit setelah dikubur mendengar suara sandal orang yang mengatarkannya ke kuburan. Dari A'isyah ra sesungguhnya Rasulallah saw bersabda : " Tidak diantara kalian berziarah kuburan saudaranya dan duduk disisinya, kecuali ia (mayyit) telah mendapatkan ketenangan dan ia hadir (datang) untuk menjawab salamnya sampai yang berziarah berdiri (pulang) "</div><div align="justify">Diriwayatkan oleh Abi Hurairah ra.. bahwa Rasulallah saw berkata : " jika seseorang melewati kuburan saudaranya dan memberi salam kepadanya, maka ia (mayyit) akan mejawab salamnya dan mengetahui siapa yang menziarahinya. Dan apabila seseorang melewati kuburan seseorang yang tidak dikenal kemudian memberi salam, maka ia (mayyit) akan mejawab salamnya". </div><div align="justify">Dari Ibnu Abdulbar sesungguhnya Rasulallah saw bersabda : " Jika seorang Muslim melewati kuburan saudaranya yang pernah dikenal di dunia, kemudian memberi salam kepadanya, maka Allah akan mengembalikan ruhnya kepadanya untuk menjawab salamnya". Diriwatkan oleh Bukhari Muslim, pernah Rasulallah saw menyuruh mengubur orang orang kafir yang meninggal dalam peperangan Bader di kuburan Qulaib. Kemudian beliau berdiri di muka kuburan dan memanggil nama nama mereka satu persatu : " Wahai Fulan bin Fulan!! .. Wahai Fulan bin Fulan!!.. Apakan kamu mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah kepada kamu? Sesungguhnya aku telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah kepada ku ". Sayyidina Umar bin Khattab yang berada disamping Nabi bertanya : " Ya Rasulallah sesungguhnya kamu telah berbicara dengan orang-orang yang sudah usang (mati)". Maka Rasulallah saw pun berkata : "Demi Yang telah mengutus aku dengan kebenaran, sesungguhnya kamu tidak lebih mendengar dari mereka dengan apa yang aku katakan". Ini semuanya merupakan nash-nash dan dalil-dalil yang menyatakan bahwa mayit itu mendengar, melihat , mengetahui dan membalas salam seseorang. Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang menerangkan bahwa ahli kubur (mayyit) itu mendengar, melihat, mengetahui apa yang terjadi disekitarnya dan membalas salam kita seperti orang hidup. Karna mereka (ahli kubur) tidak mati. Akan tetapi mereka berpindah dari satu alam ke alam yang lain, dari alam dunia ke alam barzakh. Allah berfirman didalam Surat al Mu’minun ayat 100 yang berbunyi : “ Sekali lagi tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka (ahli kubur) ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan “.</div><div align="justify">Imam besar Muslim meriwayatkan bahwa Rasulallah dan sahabatnya pernah melewati salah satu kuburan Muslimin. Setelah memberi salam kepada ahli kubur, tiba-tiba Rasulallah berhenti di dua kuburan. Kemudian beliau berpaling kepada sahabatnya dan bersabda : "Kalian tahu bahwa kedua penghuni kuburan ini sedang diazab di dalam kubur? Mereka tidak diazab karna dosa-dosa dan kesalahan mereka yang besar. Akan tetapi mereka diazab karna dosa-dosa dan kesalahan mereka yang sepele dan kecil. Yang pertama diazab karna suka berbuat namimah (mengupat / ceritain orang) dan yang kedua diazab karna tidak beristinja' (tidak cebok setelah hadats kecil)". Kemudian Rasulallah saw memetik dua tangkai pohon dan ditancapkanya di kedua kuburan trsb. Sahabat bertanya apa maksud dari yang telah dilakukan Rasulallah saw itu. Beliau bersabda : "Allah memberi keringanan azab bagi kedua penghuni kubur trb semasih tangkai-tangkai pohon itu basah dan belum kering. Karna tangkai- tangkai pohon trb beristighfar untuk penghuni kubur yang sedang diazab".</div><div align="justify">Sekarang, jika Allah memberi keringanan azab kepada ahli kubur karna istighfar sebatang pohon, istighfar seekor binatang, istighfar sebuah batu, pasir dan krikil atau benda-benda jamad lainnya yang tidak berakal. Apalagi istighfar kita sebagai manusia yang berakal dan beriman kepada Nya . Dalam kitab Subulus Salam, Assona’ni telah menegaskan bahwa ziarah kubur merupakan hikmah bagi kita yang hidup, agar kita bisa mengambil i’tibar dan contoh yang baik dari saudara-saudara kita yang telah mendahului kita. Pula telah diterangkan dalam kitab trb bahwa ahli kubur (mayyit) mendengar, melihat, mengetahui dan membalas salam orang yang berziarah sama seperti menziarahi orang hidup. Cukup bagi yang datang ke pemakaman diberi nama “penziarah“. Maka pasti yang diziarahi (ahli kubur) mengetahui siapa yang menziarahinya. Tidak mungkin dinamakan “penziarah“ jika yang diziarahinya tidak mengetahui siapa yang menziarahinya. Pula memberi salam kepada ahli kubur. Jika ahli kubur tidak mendengar dan mengetahui siapa yang memberi salam, hal ini sama saja dengan memberi salam kepada benda jamad atau benda mati. Maka ucapan salam diberikan kepada yang hidup, berakal, dan mendengar salam yang diberikan kepadanya. Contohnya:, dalam kitab al-Ruh, Ibnu Qayyem al-Jauziyyah meriwayatkan bahwa al-Fadhel bin Muaffaq disaat ayahnya meninggal dunia, sangat sedih sekali dan menyesalkan kematiannya. Setelah dikubur, ia selalu menziarahinya hampir setiap hari. Kemudian setelah itu mulai berkurang dan malas karna kesibukannya. Pada suatu hari dia teringat kepada ayahnya dan segra menziarahinya. Disaat ia duduk disisi kuburan ayahnya, ia tertidur dan melihat seolah olah ayahnya bangun kembali dari kuburan dengan kafannya. Ia menangis disaat melihatnya. Ayahnya berkata : “wahai anakku kenapa kamu lalai tidak menziarahiku? Al-Fadhel berkata : “ Apakah kamu mengetahui kedatanganku? ” Ayahnya pun menjawab : “ Kamu pernah datang setelah aku dikubur dan aku mendapatkan ketenangan dan sangat gembira dengan kedatanganmu begitupula teman-temanku yang di sekitarku sangat gembira dengan kedatanganmu dan mendapatkan rahmah dengan doa-doamu”. Mulai saat itu ia tidak pernah lepas lagi untuk menziarahi ayahnya .</div><div align="justify">Pada zaman peceklik, Bisyir bin Mansur selalu datang kekuburan muslimin dan menghadiri solat janazah. Di sore harinya seperti biasa dia berdiri dimuka pintu kuburan dan berdoa : “Ya Allah berikan kepada mereka kegembiraan disaat mereka merasa kesepian. Ya Allah berikan kepada mereka rahmat disaat mereka merasa menyendiri. Ya Allah ampunilah dosa-dosa mereka dan terimalah amal-amal baik mereka “. Basyir berdoa di kuburan tidak lebih dari doa-doa yang tersebut diatas. Pernah satu hari, dia lupa tidak datang kekuburan karna kesibukannya dan tidak berdoa sebagaimna ia berdoa setiap hari untuk ahli kubur.. Pada malam harinya dia bermimpi bertemu dengan semua ahli kubur yang selalu di ziarahinya. Mereka berkata : “Kami terbiasa setiap hari diberikan hadiah darimu dengan doa-doa. maka janganlah kamu putuskan doa-doa itu“. </div><div align="justify">Jika dalam berdoa ada adab-adab dan waktu-waktu yang mustajab dan diterima. Begitu pula dalam berziarah ada adab-adab dan waktu-waktu yang baik untuk berziarah. Adapun waktu yang baik dan tepat untuk berziarah adalah hari Jumat. Sebagimana Sufian al-Tsauri telah diberitahukan oleh al-Dhohhak bahwa siapa yang berziarah kuburan pada hari Juma’t dan Sabtu sebelum terbit matahari maka ahli kubur mengetahui kedatangnya. Hal itu karna kebesaran dan kemuliaan hari Juma’t. Pernah Hasan al Qassab dan kawannya datang berziarah kekuburan muslimin. Setelah mereka memberi salam kepada ahli kubur dan mendoakannya, mereka kembali pulang. Di perjalanan ia bertemu dengan salah satu temannya dan berkata kepada Hasan al-Qassab : “Ini hari adalah hari Senen. Coba kamu bersabar, karena menurut Salaf bahwa ahli kubur mengetahui kedatangan kita di hari Jumat dan sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya”. (lihat kitab al-Ruh) Disebut dalam kitab al-Ruh bahwa Ibunya Utsman al Tofawi disaat datang sakaratul maut, berwasiat kepada anaknya : “Wahai anakku yang menjadi simpananku disaat datang hajatku kepadamu. Wahai anakku yang menjadi senderanku disaat hidupku dan matiku. Wahai anakku janganlah kamu lupa padaku meziarahiku setelah wafatku“. Setelah ibunya meninggal dunia, ia selalu datang setiap hari Juma’t kekuburannya, berdoa dan beristighfar bagi arwahnya dan bagi arwah semua ahli kubur. Perna suatu hari Utsman al Tofawi bermimpi melihat ibunya dan berkata : “Wahai anakku sesunggunya kematian itu suatu bencana yang sangat besar. Akan tetapi, Alhamdulillah, aku bersyukur kepada Nya sesungguhnya aku sekarang berada di Barzakh yang penuh dengan kenikmatan. Aku duduk ditikar permadani yang penuh dengan rauhan dan raihanah dengan sandaran dipan-dipan yang dibuat dari sutera halus dan sutera tebal. Demikianlah keadaanku sampai datangnya hari kebangkitan”.. Utsman al Tofawi betanya : “ Ibu!.. Apakah kamu perlu sesuatu dari ku ? “ Ibunya pun menjawab : “Ya!..Kamu jangan putuskan apa yang kamu telah lakukan untuk menziarahiku dan berdoa bagiku. Sesunggunya aku selalu mendapat kegembiraan dengan kedatanganmu setiap hari Juma’t. Jika kamu datang ke kuburanku semua ahli kubur menyambut kedatanganmu dengan gembira“.</div><div align="justify">Di riwayatkan dalam kitab al Ruh, bahwa salah satu dari keluarga Asem al Jahdari pernah bermimpi melihatnya dan berkata kepadanya : “ Bukankan kamu telah meninggal dunia? Dan dimana kamu sekarang? “ Asem berkata : “ Saya berada diantara kebun-kebun sorga. Saya bersama teman-teman saya selalu berkumpul setiap malam Juma’t dan pagi hari Juma’t di tempat Abu Bakar bin Abdullah al Muzni. Disana kita mendapatkan berita-berita tentang kamu di dunia. Kemudian saudaranya yang bermimpi bertanya : “Apakan kalian berkumpul dengan jasad-jasad kalian atau dengan ruh-ruh kalian? “ Maka mayyit itu ( Asem al-Jahdari ) berkata : “ Tidak mungkin kami berkumpul dengan jasad-jasad kami karna jasad- jasad kami telah usang. Akan tetapi kami berkumpul dengan ruh-ruh kami “.. Kemudian ditanya : “Apakah kalian mengetahui kedatangan kami ? “. Maka dijawab : “ Ya!.. Kami mengetahui kedatangan kamu pada hari Juma’t dan pagi hari Saptu sampai terbit matahari “. Kemudan ditanya : “ Kenapa tidak semua hari-hari kamu mengetahui kedatangan kami? “. Ia (mayyit) pun menjawab : “ Ini adalah dari kebesaran dan keafdholan hari Juma’t “. Sebelum saya tutup ulasan ini, maka sekali lagi harus diingat bahwa tradisi berziarah adalah tradisi yang tetap hidup dengan segala warna warninya dan merupakan suatu hikmah dari Allah dan sunah Rasulallah yang baik, terpuji dan patut dingat maknanya se dalam-dalamnya agar bisa mengingatkan diri kita bahwa hidup ini akan berakhir dengan kematian..Wallahua’lam..</div></div><div class="post-footer"><div class="post-footer-line post-footer-line-1"><span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">H. Faiq Abdullah</span> </span> <span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://ahbabulmusthofasolo.blogspot.com/2009/06/ziarah-ahli-kubur.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2009-06-22T21:10:00-07:00">21:10</abbr></a> </span> <span class="reaction-buttons"> </span> <span class="star-ratings"> </span> <span class="post-comment-link"> <a class="comment-link" href="http://ahbabulmusthofasolo.blogspot.com/2009/06/ziarah-ahli-kubur.html#comments" onclick="">0 komentar</a> </span> <span class="post-backlinks post-comment-link"> </span> <span class="post-icons"> <span class="item-control blog-admin pid-1699641508"> <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1475268891341015974&postID=6777174157409488000" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" height="18" src="http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" /> </a> </span> </span> <br />
<div class="post-share-buttons"></div></div><div class="post-footer-line post-footer-line-2"><span class="post-labels"> Label: <a href="http://ahbabulmusthofasolo.blogspot.com/search/label/ZIARAH%20AHLI%20KUBUR" rel="tag">ZIARAH AHLI KUBUR</a> </span> </div><div class="post-footer-line post-footer-line-3"><span class="post-location"> </span> </div></div></div></div><div class="post-outer"><div class="post hentry uncustomized-post-template"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1903809878721067721&postID=6729554158190385831" name="338339875904702220"></a> <br />
<h3 class="post-title entry-title"><a href="http://ahbabulmusthofasolo.blogspot.com/2009/06/nafkah-hidup.html">Nafkah Hidup</a> </h3><div class="post-header"></div><div class="post-body entry-content"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoEYHdPmciFTz3fOR8mO9epJF1UJBHT4GBMAhpm0GbrerD9kcbW0KaZDuaMNLso00E3WCTFybNnJqiFr_CQK1geJ0hC3tiNGSWJoFtf5quEHk-R_GTn-k_jeCaKk-UTU61rTPnGt4EeVI/s1600-h/aqeedat_2008_zikr.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5350369666527147602" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoEYHdPmciFTz3fOR8mO9epJF1UJBHT4GBMAhpm0GbrerD9kcbW0KaZDuaMNLso00E3WCTFybNnJqiFr_CQK1geJ0hC3tiNGSWJoFtf5quEHk-R_GTn-k_jeCaKk-UTU61rTPnGt4EeVI/s200/aqeedat_2008_zikr.jpg" style="float: right; height: 200px; margin: 0px 0px 10px 10px; width: 162px;" /></a>Abû Hurairah radhiallâhu ta‘âlâ ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasûlullâhshallallâhu ‘alaihi wa sallam berkata, <b><i><span style="color: red;">"Barang siapa mencari matapencaharian yang halal di dunia untuk menghindarkan diri dari meminta-minta(mengemis), untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dan untuk berbuat baikterhadap tetangganya, Allâh akan membangkitkannya di hari Kiamat denganwajah seperti bulan purnama. Barang siapa mencari mata pencaharian yanghalal di dunia untuk berbanyak-banyak, berbangga-bangga dan berpamrih(pamer), ia akan menemui Allâh di hari Kiamat sedang Ia murka kepadanya</span></i></b>. [Abû Nu‘aim meriwayatkan dengan matan hampir sama]<br />
<div align="justify">Nashr bin Yahyâ menceritakan bahwa suatu hari Nabi Dâwûd ‘alaihis salâmkeluar dari rumah menyamar. Ia menanyai setiap orang yang ia temui di jalan tentang sifat Dâwûd, yakni tentang dirinya sendiri. Jibril lalu menyamar sebagai manusia dan berjalan ke arahnya. “Hai pemuda, kata Nabi Dâwûd,“bagaimana pendapatmu tentang Dawud?” “Dia adalah hamba Allâh yang baik. Namun sayang, dia memiliki satu sifat yang kurang baik,” kata si pemuda. “Apa itu?” tanya Dâwûd penasaran. “Dia makan dari harta kaum Muslimin di Baitul Mal. Padahal tidak ada yang lebih dicintai oleh Allâh daripada orang yang makan hasil jerih payahnya sendiri.” Kembalilah Dâwûd ke mihrabnya menangis dan memohon, “Ya Rab, ajarkan kepadaku sesuatu yang dapat kubuat dengan tanganku sehingga aku tidak lagi membutuhkan harta kaum Muslimin.” Allâh lalu mengajarkan kepadanya cara membuat pakaian perang dan menjadikan besi lunak di tangannya selunak adonan tepung. Bila ia telah selesai dengan urusan rakyatnya, ia membuat pakaian perang lalu menjualnya. Hasil penjualan itu ia gunakan untuk menutup kebutuhan hidupnya sekeluarga. Inilah yang diceritakan dalam Qurân: "Dan Kami telah melunakkan besi untuknya.." (Saba`/34:10) "Dan telah Kami ajarkan kepada Dâwûd cara membuat baju besi untuk kalian agar dapat memelihara diri kalian (dalam peperangan)". (Al-Anbiyâ`/21:80) Tsâbit Al-Bunânî radhiallâhu ‘anhu berkata, “Telah disampaikan kepadaku bahwa ‘âfiah[1] itu terdiri dari 10 bagian: 9 bagian terdapat dalam diam dan1 bagian dalam mengasingkan diri dari masyarakat. Sedang pengabdian kepada Allâh terdiri dari 10 bagian, 9 bagian terletak dalam usaha mencari nafkahdan 1 bagian dalam ibadah. Jâbir bin ‘Abdullâh meriwayatkan bahwa Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wasallam berkata, “Tidak seorang pun membukakan bagi dirinya pintu untuk meminta-minta (mengemis), kecuali Allâh pasti akan membukakan baginya pintu kemiskinan. Barang siapa menjaga kehormatan dirinya, Allâh akan menjaga kehormatannya. Barang siapa mencukupkan diri dengan pemberian Allâh, Allâhakan mencukupi kebutuhannya. Seseorang yang mengambil tali kemudian pergike lembah ini dan mengumpulkan kayu, lalu pergi ke pasar dan menjualnya untuk membeli satu mud kurma niscaya lebih baik daripada meminta-mintakepada masyarakat: baik mereka memberi atau menolaknya.” Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam berkata, “Hendaknya kalian berdagang pakaian karena datuk kalian, Ibrâhîm ‘alaihis salâm, adalah pedagang pakaian.” Abû Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam berkata, “Nabi Zakariâ adalah seorang tukang kayu.” ‘Aisyah berkata,“Nabi Sulaimân bin Dâwûd ‘alaihimas salâm konon menceramahi masyarakat diatas mimbar sambil menganyam daun kurma. Setelah selesai, ia menyuruh seseorang untuk menjualnya.” </div><br />
<div align="justify">Allâh mewahyukan: “Dan jikalau Allâh melapangkan rezeki hamba-hamba-Nya tentulah merekaakan berbuat melampaui batas di muka bumi.” (Asyûrâ/42:27) Sehubungan dengan ayat di atas, Syaqîq bin Ibrâhîm menjelaskan, “Allâh‘Azza wa Jalla jika memberi para hamba-Nya rezeki tanpa usaha, mereka niscaya akan berbuat kerusakan, tetapi Allâh menyibukkan mereka (dan menghabiskan waktu dan tenaga mereka) dalam mencari nafkah.” Sa‘îd bin Musayyib berkata, “Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mencari harta dengan cara halal sehingga ia dapat mengeluarkan dari harta itu apa yang diwajibkan kepadanya dan sehingga dengan harta itu ia dapat menjaga kehormatannya.” ‘Umar bin Khattâb radhiallâhu ‘anhu berkata, “Wahai kaum fakir miskin, angkatlah kepala kalian, berdaganglah, telah jelas jalannya, janganlah kalian hidup bergantung pada manusia lain.” Ibnul Mubârak berkata, “Barang siapa mening-galkan pasar, hilanglah kehormatannya dan menjadi buruklah perilakunya.” Ibrâhîm bin Yûsuf rahimahullâh berkata kepada Muhammad bin Salâmah,“Berusahalah di pasar, karena perbuatan itu akan menjaga harga diri orang yang melakukannya.” Jâbir bin ‘Abdullâh meriwayatkan bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam berkata: "Barang siapa menanam sebuah tanaman lalu (hasilnya) dimakan manusia, hewan, burung atau binatang buas, maka itu menjadi sedekah darinya. [Muslim meriwayatkan hadis ini dengan kalimat berbeda. Ahmad dengan kalimat hampirsama]</div><br />
<div align="justify">Anas bin Mâlik radhiallâhu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallâhu‘alaihi wa sallam berkata: "Jika hari Kiamat tiba dan di tangan salah seorang dari kalian ada bibit kurma, maka kalau bisa, janganlah ia berdiri sebelum menanamnya". Al-A’masy meriwayatkan dari Abul Mukhâriq bahwa ketika Rasûlullâhshallallâhu ‘alaihi wa sallam sedang bersama para sahabatnya, lewat seorangpemuda yang kekar, maka berkatalah Abû Bakar dan ‘Umar radhiallâhu ‘anhuma, “Duh sayang…, kalau saja masa muda dan kekuatannya dipergunakan untuk berjihad di jalan Allâh tentu ia akan mendapat banyak pahala.” Rasûlullâhberkata, “Kalau ia berusaha untuk membantu kedua orang tuanya yang telah lanjut usia, maka ia telah berjihad di jalan Allâh. Kalau ia berusaha untuk anak-anaknya yang masih kecil, maka ia telah berjihad di jalan Allâh. Kalau ia berusaha agar tidak meminta-minta kepada orang lain, maka ia telahberjihad di jalan Allâh. Namun, kalau ia berusaha agar dapat pamer dan mendapat nama maka ia telah berjuang di jalan setan.” [Thabarânî dan Bazzârmeriwayatkan dengan matan hampir sama]</div></div></div></div></div></div></div></div><div id="sidebar-wrapper"><div class="sidebar section" id="sidebar"><div class="widget Image" id="Image34"><h2>Habib Abubakar Bin Muhammad Assegaf</h2><div class="widget-content"><img alt="Habib Abubakar Bin Muhammad Assegaf" height="280" id="Image34_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPMMVnOPM6pMAli0oVMYqOiiHN7wE_4XY5lbaCb83VIQisp3-9qQj0xNIsM3wP3MlJSl3qAU9SmPo6gbudeoXzV3DSoJmxMHs1PUlBU41nEo_czIzvk9WfriSuJ05UVFPt92AmZoYk7rM/s1600-r/Hb.Abubakar.jpg" width="240" /> <br />
<span class="caption">Beliau sering disebut Habib Abubakar Gersik</span> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image34&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image34"));" target="configImage34" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Image" id="Image27"><h2>Habib Alwy Bin Ali Al-Habsyi</h2><div class="widget-content"><img alt="Habib Alwy Bin Ali Al-Habsyi" height="353" id="Image27_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9bGOnw3JILLKQuKrlHYf_SIY2TA7TUVJx3ZyxR1j9Gs7h1qMdMhPE9XJNZqHb0wpRHoWNqt7GDKvWMc1E-kh3q2ULImh3jgSFe5vH8CUcxRx6mHWijxFVeP-O70-GTfUgC0ldTW8wxnE/s1600-r/habib+Alwy.jpg" width="240" /> <br />
<span class="caption">Pendiri Masjid Riyadh-Solo dan Putra bungsu Habib Ali Bin Muhammad Al-Habsyi (Simtodduror)</span> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image27&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image27"));" target="configImage27" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Image" id="Image7"><h2>Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf</h2><div class="widget-content"><img alt="Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf" height="320" id="Image7_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-3YLmupBKKnD61fNW5hayMjx8EGYUU6gZOK73ohtitK3njfiJLdtr8Mwpg5yLp8jzZq9f7EPt5ETYbt7_e5pnNGT0d_yCjMa7fYKwjVU8d57JB6C-5-INApjHKARPv2QxSPmaMOKZgmk/s1600-r/H.Abdulqodir.jpg" width="240" /> <br />
<span class="caption">Adalah ayahanda Habib Syech. Beliau juga imam besar masjid Assegaf-Solo yang terkenal Ahlaqnya dalam menerima tamu. Beliau berpulang kerahmad Allah Ta'ala pada hari Jum'at, ketika dalam sujud terakhir sebagai imam. Masa hidupnya di isi dengan menjaga kemakmuran masjid Assegaf, tiada waktu tersisa kecuali ibadah dan masjid yang selalu menjadi pemikirannya. Beliau adalah figur seorang ayah yang menjaga keluarganya tetap dalam ridho Allah Ta'ala.</span> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image7&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image7"));" target="configImage7" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Image" id="Image33"><h2>Habib Sholeh Bin Muhsin Al-Hamid</h2><div class="widget-content"><img alt="Habib Sholeh Bin Muhsin Al-Hamid" height="300" id="Image33_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0lUK5wbifDXedw87hxt5-MHbzNyS0eqHzzlsRnQuG9CIDg1CPy-6PE1OSLLf9zhEuRJDLCL1CUViC8x5MLVOZ34xjT6CTT1I2zE8EBx-IW8A337abWMwaTM6eSeEyq4k3Neikc1VvnHw/s1600-r/Hb.Sholeh+bin+Muhsin+Al-Hamid.jpg" width="240" /> <br />
<span class="caption">Beliau sering disebut dengan Habib Sholeh Tanggul</span> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image33&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image33"));" target="configImage33" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Image" id="Image25"><h2>Habib M.Anis Bin Alwy Al-Habsyi</h2><div class="widget-content"><img alt="Habib M.Anis Bin Alwy Al-Habsyi" height="341" id="Image25_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRKR_1Pe4DL8WYRcXQF07-1D1ZgokI_jyrluIYe2QlG0kzwSsH5Yr48y3CeamNmIy_EX3EE9lBL4gwqDGa0m4nTfDU5OqvMbyD0l-faYuLxYBZQ_MBEl4U6ZMcGl_dIsZShlQNgN6kEqg/s1600-r/beb+Anis+110.jpg" width="240" /> <br />
<span class="caption">Habib yang terkenal dengan julukan "The Smiling Habib" adalah idola dan sesepuh para habaib. Beliau putra dan penerus Makom ayahandanya Habib Alwy Bin Ali Al-Habsyi. Habib Anis juga guru dan idola Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf. Tingginya Ahlaq dan budi pekerti beliaulah yang menjadikan nama beliau harum diseluruh negeri, bahkan sampai kemanca negara.</span> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image25&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image25"));" target="configImage25" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Image" id="Image26"><h2>Habib Abdullah Bin Alwy Al-Habsyi</h2><div class="widget-content"><img alt="Habib Abdullah Bin Alwy Al-Habsyi" height="320" id="Image26_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC5lzlk9EL4QnmdzY5V1hlii_uRYRm_JT7JYkgWeyR-fIBuOFB6FJcsqeyE1SkLAuSOYdAcLf56CFVe5Z-xnW40dYzbBBi68J3uzXyGAsDQNjewtFoQ-ami240WMEDZ1q3oUM5jVXPqh4/s1600-r/Abah.jpg" width="240" /> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image26&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image26"));" target="configImage26" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Image" id="Image32"><div class="widget-content"><img alt="" height="160" id="Image32_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBfyYajGN0F9v_prBS2Zp2AJs1txz_wAq8kd_dTZ5jt8iuQ33TUP0ji-XdI_kv2k4nfF7ih2z-TKeGw7oMWhhsLzI8jcaOITg58y-tQvkipD2JCt34x3rhNlQcoOwvN__HuospD_oweTc/s1600-r/haqqoni.jpg" width="160" /> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image32&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image32"));" target="configImage32" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Image" id="Image9"><h2>Syeh Muhammad Hisyam Kabani</h2><div class="widget-content"><img alt="Syeh Muhammad Hisyam Kabani" height="320" id="Image9_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDSWPetF2s43XrVYepy5da4lkxmk1y6Tfo6JnG8SA4JJtoSWFJ55MZ235fj8-qSb0VU9WRW6mg_3D4HR3vsYzmevq_7oFS2WD3TpqLpdPzSAxIsqx8pwuRsJEWAi04Wp5oykQkLl1xggY/s1600-r/Kabani.jpg" width="240" /> <br />
<span class="caption">Tokoh sufi internasional</span> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image9&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image9"));" target="configImage9" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Image" id="Image31"><h2>Syeh Muhammad Hisyam Kabani</h2><div class="widget-content"><img alt="Syeh Muhammad Hisyam Kabani" height="400" id="Image31_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBEKv9ZT_9N9tVtOcGreHJJ7S34VwKLB7sfVYYR5a91gV_uEb0Z2L7nx3pAGrgSo8UbPpiCH4BUnq3GqCCF2n_3YrhrvRTmQE9Zt1XQ7m7AZcOHEqIDkbzVcdOqu-lSzxvWqvnKiFYF_o/s1600-r/sejhhisam..jpg" width="300" /> <br />
<span class="caption">Tokoh sufi internasional</span> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image31&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image31"));" target="configImage31" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Image" id="Image8"><h2>Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi</h2><div class="widget-content"><img alt="Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi" height="320" id="Image8_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEig5-EFKLDWaEPXiYnorkkCe2Ustxk2zV1rmvpp4Z_7NCYNrM4ypHzwbie3gE3dIgukntwyRWQSUvy-BaXQv09cTsxu3W8q4ubDEjkDITkeRh5_VI9uhA_323qX2_ypSxw5q0wU8l0py-4/s1600-r/H.M.Anis.jpg" width="240" /> <br />
<span class="caption">Painting by Ahmad Gumjabal</span> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image8&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image8"));" target="configImage8" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Slideshow" id="Slideshow1"><h2 class="title">HABIB SYECH bin Abdulkadir Assegaf</h2><div class="widget-content"><div class="slideshow-container" id="Slideshow1_slideshow"><div style="height: 100%; overflow: hidden; position: relative; width: 100%;"><div style="background-color: black; direction: ltr; height: 25px; padding-bottom: 5px; padding-top: 5px; position: relative; text-align: center; top: 115px; visibility: hidden; width: 100%; z-index: 222;"><img src="http://www.google.com/uds/solutions/slideshow/btn_prev_small.png" style="cursor: pointer;" /><img src="http://www.google.com/uds/solutions/slideshow/btn_pause_small.png" style="cursor: pointer; margin-left: 5px; margin-right: 5px;" /><img src="http://www.google.com/uds/solutions/slideshow/btn_next_small.png" style="cursor: pointer;" /></div><a href="http://www.flickr.com/photos/34892886@N06/3238668172/" target="_self"><img src="http://farm4.static.flickr.com/3368/3238668172_e4bf74da6a_m.jpg" style="height: 150px; left: 15px; opacity: 1; position: absolute; top: 0px; visibility: visible; width: 121px;" /></a><a href="http://www.flickr.com/photos/34892886@N06/3238668088/" target="_self"><img src="http://farm4.static.flickr.com/3401/3238668088_428b59ff00_m.jpg" style="height: 150px; left: 15px; opacity: 0; position: absolute; top: 0px; visibility: hidden; width: 120px;" /></a><a href="http://www.flickr.com/photos/34892886@N06/3237827461/" target="_self"><img src="http://farm4.static.flickr.com/3257/3237827461_669bc2843c_m.jpg" style="height: 150px; left: 15px; opacity: 0; position: absolute; top: 0px; visibility: hidden; width: 120px;" /></a><a href="http://www.flickr.com/photos/34892886@N06/3237827411/" target="_self"><img src="http://farm4.static.flickr.com/3419/3237827411_0e24523e07_m.jpg" style="height: 150px; left: 5px; opacity: 0; position: absolute; top: 0px; visibility: hidden; width: 140px;" /></a></div></div></div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Slideshow&widgetId=Slideshow1&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Slideshow1"));" target="configSlideshow1" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Image" id="Image6"><h2>SAHABAT</h2><div class="widget-content"><img alt="SAHABAT" height="320" id="Image6_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC3LbnIn0HESkwXzm62XyImlUtc36dK6YEGtDQtFaL5lAIrih-_T-ziV0okx4j7_jU5vmXEWT1XEjhlMLodOXWj2Pu06aVAHEOH5we78kQ3XWli8eMVO1i5jWlrjzzNFhvj5h8MewGC3o/s1600-r/ust.+sa.jpg" width="240" /> <br />
<span class="caption">Hb.Syech dan Ustd.Sa'dulloh</span> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image6&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image6"));" target="configImage6" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><div class="widget Image" id="Image29"><h2>Habib Syech Bin Abdulkadir Assegaf</h2><div class="widget-content"><img alt="Habib Syech Bin Abdulkadir Assegaf" height="320" id="Image29_img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivRIhMay512-iuoa-3wBJO-P18D0L-TJpeFcNFHTUw-66HWcE8is0lxRhF8-bbUM0A6Re_ag1BfW_Z-vpT74qQAUEFh4qX_Xu9PfArKscZ1hlMOkdq2hQWogXv3-KVSPl3bfaU5luZ-cI/s1600-r/Memimpin+Maulid.jpg" width="240" /> <br />
<span class="caption">Memimpin Majelis Sholawat dan Maulid</span> </div><span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1475268891341015974&widgetType=Image&widgetId=Image29&action=editWidget" onclick="return
_WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById("Image29"));" target="configImage29" title="Edit"> <img alt="" height="18" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" /> </a> </span> </span> </div><br />
<div class="widget BlogArchive" id="BlogArchive2"><div class="widget-content"><span class="widget-item-control"><span class="item-control blog-admin"> </span> </span> </div></div></div></div></div>info sehathttp://www.blogger.com/profile/09559923465811186300noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1903809878721067721.post-24068143559538087292010-05-18T21:04:00.001-07:002010-05-18T21:04:27.556-07:00WALI SONGO<span></span> <br />
<div id="crosscol-wrapper" style="text-align: center;"> </div><div id="main-wrapper"> <div class="main section" id="main"><div class="widget Blog" id="Blog1"> <div class="blog-posts hfeed"> <!-- google_ad_section_start(name=default) --> <div class="date-outer"> <h2 class="date-header"><span>28 Februari 2008</span></h2><div class="date-posts"> <div class="post-outer"> <div class="post hentry"> <a href="" name="7535149339668535250"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://kisahwali.blogspot.com/">Wali Songo</a> </h3><div class="post-body entry-content"> 1.Sunan Bonang<br />
<br />
Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban.<br />
<br />
Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha.<br />
<br />
Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit.<br />
<br />
Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban.<br />
<br />
Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.<br />
<br />
Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq). Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga.<br />
<br />
Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri.<br />
<br />
Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa ditafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan 'isbah (peneguhan).<br />
<br />
<br />
2.Sunan Ampel<br />
<br />
Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang).<br />
<br />
Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.<br />
<br />
Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.<br />
<br />
Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.<br />
<br />
Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina."<br />
<br />
<br />
<br />
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.<br />
<br />
<br />
2.Sunan Drajat<br />
<br />
Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M.<br />
<br />
Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun Jelog --pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan.<br />
<br />
Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk. Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah "berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang'.<br />
<br />
<br />
<br />
Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.<br />
<br />
<br />
3.Sunan Giri<br />
<br />
Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya--seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma).<br />
<br />
Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.<br />
<br />
Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah "giri". Maka ia dijuluki Sunan Giri.<br />
<br />
Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit -konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.<br />
<br />
Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.<br />
<br />
<br />
<br />
Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.<br />
<br />
Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.<br />
<br />
Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.<br />
<br />
<br />
4.Sunan Gunung Jati<br />
<br />
Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra' Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).<br />
<br />
Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.<br />
<br />
Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.<br />
<br />
Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya "wali songo" yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan.<br />
<br />
Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.<br />
<br />
Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.<br />
<br />
Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.<br />
<br />
<br />
5.Sunan Kalijaga<br />
<br />
Dialah "wali" yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam.<br />
<br />
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.<br />
<br />
Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam ('kungkum') di sungai (kali) atau "jaga kali". Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab "qadli dzaqa" yang menunjuk statusnya sebagai "penghulu suci" kesultanan.<br />
<br />
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.<br />
<br />
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.<br />
<br />
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.<br />
<br />
Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.<br />
<br />
<br />
<br />
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak<br />
<br />
<br />
6.Sunan Kudus<br />
<br />
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang.<br />
<br />
Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali --yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.<br />
<br />
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.<br />
<br />
<br />
<br />
Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti "sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.<br />
<br />
Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.<br />
<br />
<br />
7.Maulana Malik Ibrahim<br />
(Wafat 1419)<br />
<br />
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.<br />
<br />
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.<br />
<br />
<br />
<br />
Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.<br />
<br />
<br />
<br />
Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.<br />
<br />
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.<br />
<br />
Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.<br />
<br />
<br />
8.Sunan Muria<br />
<br />
Ia putra Dewi Saroh --adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus.<br />
<br />
Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya.<br />
<br />
Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.<br />
<br />
"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.<br />
<br />
Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.<br />
<br />
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.<br />
<br />
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.<br />
<br />
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.<br />
<br />
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha</div></div></div></div></div></div></div></div></div>info sehathttp://www.blogger.com/profile/09559923465811186300noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1903809878721067721.post-653459591683428902010-05-18T20:51:00.000-07:002010-05-18T20:51:37.711-07:00habib abdul qodir bil faqih<span></span> <br />
<div id="crosscol-wrapper" style="text-align: center;"> </div><div id="main-wrapper"> <div class="main section" id="main"><div class="widget Blog" id="Blog1"> <div class="blog-posts hfeed"> <!-- google_ad_section_start(name=default) --> <div class="date-outer"> <h2 class="date-header"><span>21 Februari 2008</span></h2><div class="date-posts"> <div class="post-outer"> <div class="post hentry"> <a href="" name="7650348939257390324"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://kisahwali.blogspot.com/">Habib Abdul Qodir Bil Faqih</a> </h3><div class="post-body entry-content"> <strong>Ayahanda beliau</strong> <br />
<img alt="Image Hosted by ImageShack.us" src="http://img440.imageshack.us/img440/9999/hbabdulqadirbilfaqih2aud1.jpg" /><br />
Habib Abdullah (kiri) dan ayahanda beliau habib Abdul Qodir Bil Faqih (tengah)<br />
<div align="center"><strong>Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Al-Alawy</strong></div>Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Al-Alawy dilahirkan di kota Tarim, Hadramaut, pada hari Selasa 15 Safar tahun 1316 H/1896 M. Saat bersamaan menjelang kelahirannya, salah seorang ulama besar, Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf, bermimpi bertemu Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadir Jailani. Dalam mimpi itu Syekh Abdul Qadir Jailani menitipkan kitab suci Al-Quranul Karim kepada Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf agar diberikan kepada Habib Ahmad bin Muhammad Bilfagih.<br />
Pagi harinya Habib Syaikhan menceritakan mimpinya kepada Habib Ahmad. Habib Ahmad mendengarkan cerita dari Habib Syaikhan, kemudian berkata, ”Alhamdulillah, tadi malam aku dianugerahi Allah SWT seorang putra. Dan itulah isyarat takwil mimpimu bertemu Syekh Abdul Qadir Jailani yang menitipkan Al-Quranul Karim agar disampaikan kepadaku. Oleh karena itu, putraku ini kuberi nama Abdul Qadir, dengan harapan, Allah SWT memberikan nama maqam dan kewalian-Nya sebagaimana Syekh Abdul Qadir Jailani.”<br />
Demikianlah, kemudian Habib Ahmad memberi nama Abdul Qadir karena mengharap berkah (tafa’ul) agar ilmu dan maqam Abdul Qadir seperti Syekh Abdul Qadir Jaelani.<br />
Sejak kecil, ia sangat rajin dan tekun dalam mencari ilmu. Sebagai murid, ia dikenal sangat cerdas dan tangkas dalam menerima pelajaran. Pada masa mudanya, ia dikenal sebagai orang yang mempunyai perhatian besar terhadap ilmu dan menaruh penghormatan yang tinggi kepada guru-gurunya. Tidaklah dinamakan mengagungkan ilmu bila tidak memuliakan ahli ilmu, demikian filosofi yang terpatri dalam kalbu Habib Abdul Qadir.<br />
Pernah suatu ketika di saat menuntut ilmu pada seorang mahaguru, ia ditegur dan diperingatkan, padahal Habib Abdul Qadir waktu itu pada pihak yang benar. Setelah memahami dan mengerti bahwa sang murid berada di pihak yang benar, sang guru minta maaf. Namun, Habib Abdul Qadir berkata, ”Meskipun saya benar, andaikan Paduka memukul muka hamba dengan tangan Paduka, tak ada rasa tidak menerima sedikit pun dalam diri hamba ini.” Itulah salah satu contoh keteladanan yang tinggi bagaimana seorang murid harus bersopan-santun pada gurunya.<br />
Guru-guru Habib Abdul Qadir, antara lain, Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiry, Habib Alwy bin Abdurrahman Al-Masyhur, Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf, Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor, Syekh Segaf bin Hasan Alaydrus, Syekh Imam Muhammad bin Abdul Qadir Al-Kattany, Syekh Umar bin Harridan Al-Magroby, Habib Ali bin Zain Al-Hadi, Habib Ahmad bin Hasan Alatas, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy, Syekh Abubakar bin Ahmad Al-Khatib, Syekh Abdurrahman Bahurmuz.<br />
Dalam usia yang masih anak-anak, ia telah hafal Al-Quran. Tahun 1331 H/1912 M, ia telah mendapat ijazah dan berhak memberikan fatwa agama, antara lain di bidang hukum, dakwah, pendidikan, dan sosial. Ini merupakan anugerah Allah SWT yang telah diberikan kepada hamba pilihan-Nya.<br />
Maka tidak berlebihan bila salah seorang gurunya, Habib Alwi bin Abdullah bin Syihab, menyatakan, ”Ilmu fiqih Marga Bilfagih setara dengan ilmu fiqih Imam Adzro’iy, sedangkan dalam bidang tasawuf serta kesusastraan bagai lautan tak bertepi.”<br />
Sebelum meninggalkan kota Tarim untuk berdakwah, di tanah kelahirannya ia sempat mendirikan organisasi pendidikan sosial Jami’yyatul Ukhuwwah wal Mu’awanah dan Jami’yyah An-Nasr Wal Fudho’il tahun 1919 M.<br />
Sebelum berhijrah ke Indonesia, Habib Abdul Qadir menyempatkan diri beribadah haji dan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan dan singgah di beberapa kota dan negara, seperti Aden, Pakistan, India, Malaysia, dan Singapura. Di setiap kota yang disinggahi, ia selalu membina umat, baik secara umum maupun khusus, dalam lembaga pendidikan dan majelis taklim.<br />
Tiba di Indonesia tepatnya di kota Surabaya tahun 1919 M/1338 H dan langsung diangkat sebagai direktur Madrasah Al-Khairiyah. Selanjutnya, ia mendirikan Lembaga Pendidikan Madrasah Ar-Rabithah di kota Solo tahun 1351 H/1931 M.<br />
Selepas bermukim dan menunaikan ibadah haji di Makkah, sekembalinya ke Indonesia tanggal 12 Februari 1945 ia mendirikan Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah dan Perguruan Islam Tinggi di kota Malang. Ia pernah diangkat sebagai dosen mata kuliah tafsir pada IAIN Malang pada 1330 H/1960 M.<br />
Keistimewaan Habib Abdul Qadir adalah, ia ahli ilmu alat, nahwu, sharaf, manthiq, ilmu kalam, serta ma’any, bayan, dan badi (tiga yang terakhir merupakan bagian ilmu sastra). Dalam bidang hadits, penguasaannya adalah bidang riwayat maupun dirayah, dan hafal ribuan hadits. Di samping itu, ia banyak mendapat hadits Al-Musalsal, yakni riwayat hadits yang tersambung langsung kepada Rasulullah SAW. Ini diperolehnya melalui saling tukar isnad (saling menukar periwayatan hadits) dengan Sayid Alwy bin Abas Al-Maliky saat berkunjung ke Makkah.<br />
Sebagai seorang ulama yang menaruh perhatian besar dalam dunia pendidikan, ia juga giat mendirikan taklim di beberapa daerah, seperti Lembaga Pendidikan Guru Agama di Sawangan, Bogor, dan Madrasah Darussalam Tegal, Jawa Tengah.<br />
Banyak santrinya yang di kemudian hari juga meneruskan jejaknya sebagai muballigh dan ulama, seperti Habib Ahmad Al-Habsy (Ponpes Ar-Riyadh Palembang), Habib Muhammad Ba’abud (Ponpes Darul Nasyi’in Malang), Habib Syekh bin Ali Al Jufri (Ponpes Al-Khairat Jakarta Timur), K.H. Alawy Muhammad (Ponpes At-Taroqy Sampang, Madura). Perlu disebutkan, Prof. Dr. Quraisy Shihab dan Prof. Dr. Alwi Shihab pun alumnus pesantren ini.<br />
Habib Abdul Qadir wafat pada 21 Jumadil Akhir 1382 H/19 November 1962 dalam usia 62 tahun. Kala saat-saat terakhirnya, ia berkata kepada putra tunggalnya, Habib Abdullah, ”… Lihatlah, wahai anakku. Ini kakekmu, Muhammad SAW, datang. Dan ini ibumu, Sayyidatunal Fatimah, datang….” Ribuan umat berdatangan untuk meyampaikan penghormatan terakhir kepada sang permata ilmu yang mumpuni itu. Setelah disemayamkan di Masjid Jami’ Malang, ia dimakamkan di kompleks makam Kasin, Malang, Jawa Timur.</div></div></div></div></div></div></div></div></div>info sehathttp://www.blogger.com/profile/09559923465811186300noreply@blogger.com0